Rabu, 20 Maret 2019


Awal Pendudukan Jepang di Indonesia   




    Pendudukan Jepang di Indonesia diawali dengan pendaratan di Kota Tarakan pada tanggal 10 Januari 1942. Selanjutnya, menduduki Minahasa, Balikpapan, Ambon, Pontianak, Makassar, Banjarmasin, Palembang, dan Bali antara sampai dengan Februari 1942.

Perang Asia Pasifik dan Kedatangan Jepang ke Indonesia

    Pada tanggal 1 Maret 1942, tentara Jepang mendarat di Jawa di tiga tempat, yaitu di BantenIndramayu, dan Bojonegoro. Hal itu tidak diduga oleh tentara Belanda, Jenderal Imamura dengan pasukannya segera mendarat di Jawa. Setelah terjadi pertempuran di beberapa tempat, akhirnya Belanda terdesak dan banyak di antara mereka melarikan diri sampai ke Australia di bawah pimpinan Van Mook. Tanggal 8 Maret 1942, Belanda menyerah tanpa syarat kepada Jepang di Kalijati (Subang). Penerima penyerahan dari Jepang diwakili Jenderal Imamura. Dengan demikian, sejak tanggal 8 Maret 1942, berakhirlah kekuasaan Hindia Belanda dan dimulailah masa pendudukan Jepang di Indonesia.

Pendudukan Jepang dan Pengaruhnya bagi Bangsa Indonesia
   Setelah berhasil menguasai Kepulauan Indonesia, Jepang mulai mempropagandakan dirinya sebagai saudara tua bangsa Indonesia. Dikatakan pula bahwa bangsa Jepang dengan bangsa Indonesia sama saja. Juga disebarluaskan pandangan bahwa bangsa Jepang adalah keturunan. Oleh karena itu, kedatangannya di Indonesia harus dipandang sebagai pembebas dari penjajahan Belanda dan sekaligus sebagai pelindung yang akan mendatangkan kemakmuran bersama di Asia Timur Raya.
   Dengan propagandanya yang sangat menarik itu maka pada awal kedatangannya, Jepang disambut baik oleh rakyat Indonesia. Apalagi tindakan Jepang yang kemudian melarang penggunaan bahasa Belanda dan kebudayaan Barat. Buku-buku Barat dilarang dan dimusnahkan. Sebaliknya, budaya dan bahasa Indonesia diajarkan di sekolah-sekolah. Ini semua dalam rangka menarik simpati bangsa Indonesia terhadap Jepang.
   Ternyata semua itu adalah tipu muslihat. Di balik propaganda Jepang ingin mengeruk kekayaan bumi Indonesia sebanyak-banyaknya. Jepang juga ingin memperalat rakyat Indonesia untuk mendukung pelaksanaan Perang Asia Timur Raya. Dengan demikian, pendudukan Jepang ini juga membawa pengaruh besar dalam kehidupan Indonesia.

Misi Awal Jepang
   Setelah berhasil masuk dan menduduki Indonesia, Jepang melaksanakan dua pentingnya di Indonesia. Kedua misi tersebut adalah sebagai berikut.
1. Menghapuskan segala hal yang berbau atau berhubungan dengan Belanda dan Barat.  Jepang mengizinkan penggunaan Bahasa Indonesia, pengibaran bendera Merah Putih, dan pengumandangan lagu Indonesia Raya.   
2. Memobilisasi rakyat Indonesia untuk membantu Jepang dalam Perang Asia Timur Raya. Untuk itu, Jepang membentuk organisasi-organisasi politik, badan-badan militer dan semimiliterserta pengerahan tenaga manusi (Romusha).

1. Pemerasan Ekonomi dan Kekayaan Alam
       Latar belakang kedatangan Jepang ke Indonesia, selain memerangi Belanda dan sekutu, juga untuk mencari daerah-daerah kaya bahan mentah. Jepang segera melakukan pemerasan segala sumber kekayaan yang ada di Indonesia.
Adapun langkah-langkah yang diambil oleh Jepang, antara lain sebagai berikut.
1. Memperbaiki beberapa sarana dan prasarana yang rusak. Rusaknya instalasi dan sarana ekonomi karena memang dirusak oleh Belanda ataupun pemboman yang dilakukan Jepang sewaktu melumpuhkan Belanda di Indonesia.       
2. Tanah-tanah perkebunan banyak dihapus dan diganti menjadi tanah pertanian yang kemudan ditanami padi dan pohon jarak. Tentara Jepang waktu itu sangat membutuhkan buah jarak untuk pelumas mesin-mesin dan senjata. Namun, ada beberapa jenis perkebunan yang masih berlangsung, seperti karet, tebu, dan kina. 
3. Jepang melakukan monopoli terutama beras dan garam  
4. Rakyat dipaksa untuk menyerahkan hasil panen padinya kepada pemerintah Jepang. Penyerahan sebanyak 30% dan 40% boleh dimiliki oleh petani. Sisanya yang 30% disediakan untuk bibit . Akan tetapi, seringkali semuanya itu dirampas oleh Jepang. Petani tidak mendapatkan apapun .Mereka terpaksa makan ubi jalar, keladi yang gatal, dan sering pula mereka makan bekicot.
5. Untuk memperluas tanah pertanian, Jepang telah memerintahkan penebangan hutan-hutan, misalnya di Tanah Karo, Kalimantan, Sulawesi, dan Jawa.Teryata penebangan hutan itu banyak dilakukan secara liar. Hal itu jelas akan menimbulkan bahaya erosi dan banjir.        
    Sekalipun tanah pertanian diperluas, namun kegiatan dan hasil pertanian justru merosot. Hal itu disebabkan hal-hal sebagai berikut.
A. Tidak ada tenaga ahli yang dapat memberikan bimbingan terhadap kemajuan pertanian. Jepang memang menyediakan tenaga ahli tetapi tidak ahli bidang pertanian.
B. Berkurangnya hewan ternak yang menurunkan kegiatan pertanian. Banyak ternak dipotong untuk lauk makan para prajurit Jepang . padahal hewan-hewan itu dapat sebagai alat bantu dalam mengerjakan tanah dan kotorannya untuk pupuk.
C. Tenaga petani untuk mengolah lahan pertanian sangat kurang karena diantara mereka banyak dijadikan romusha. 
     Semua kebijakan Jepang di bidang ekonomi tersebut semata-mata untuk menopang kegiatan perang atau yang sering dikenal dengan Sistem Ekonomi Perang. Pemerasan Jepang ternyata tidak hanya terbatas pada bidang pertanian dan perkebunan, tetapi barang-barang kekayaan lain juga diambil oleh Jepang. Misalnya, barang-barang perhiasan, bahkan pagar-pagar besi pekarangan rumah warga penduduk pun dirampas.

1.Pengerahan Tenaga Manusia
A. Pengerahan Pemuda
        Jepang pertama kali memlih kelompok pemuda dalam pengerahannya sebab pemuda biasanya berani dan memiliki kekuatan fisik yang cukup. Untuk para pemuda Indonesia, Jepang menanamkan jiwa satria (bushido), disiplin, dan tidak rendah diri. Dalam rangka menanamkan nilai tersebut, Jepang menyelanggarakan pembinaan dengan kegiatan pendidikan dan latihan-latihan khusus.Berkaitan dalam upaya mengerahkan pemuda Indonesia, Jepang telah membentuk wadah yang di sebut Barisan Pemuda Asia Raya (BPAR) . Pada tanggal 11 Juni 1942. Kelompok BPAR itu dilakukan untuk melakukan propaganda pro Jepang. Selain itu, ada lagi wadah pemuda yang disebut San A Seinen Kunrensho.Wadah ini bertujuan menampung para pemuda yang sudah aktif di organisasi, misalnya dari kepanduan. Sebagai pemrakarsa wadah tesebut adalah H. Shimizu.

B. Bentukan Organisasi Semimiliter
       Jepang membentuk organisasi semimiliter. Sesuai dengan kelompok atau organisasi-organisasi masing-masing , anggota diberi latihan kemiliteran, antara lain dapat dijelaskan sebagai berikut.
1. Keibodan
      Keibodan artinya Barisan Bantu Polisi, Keibodan didirikan pada tanggal 29 April 1943 seiring dengan berdirinya Seinendan. AnggotaKeibodan adala laki-laki berusia 26 tahun. Ternyata banyak pemuda yang berminat memasuki organisasi Keibodan. Tugas Keibodan adalah membantu tugas-tugas misalnya menjaga lalu lintas dan memelihara keamanan. Keibodan berkembang lebih luas bila dibandingkan Seinendan. Di luar jawa, Keibodan juga mengalami perkembangan. Di SumateraKeibodan disebut Bogodan, di Kalimantan disebut Borneo Hokokuda.Keibodan dibina khusus dan diawasi oleh Departemen Kepolisian (Keimubu) agar tidak terpengaruh oleh kaum nasional.

2. Seinendan
     Organisasi Seinendan dibentuk pada tanggal 29 April 1943 bertepatan dengan hari ulang tahun kaisar Jepang. Anggotanya adalah para pemuda berusia 14-22 tahun. Mereka diberi latihan kemiliteran. Organisasi ini dipersiapkan untuk mempertahankan daerah masing-masing. Salah seorang pemuda yang menjadi tokoh Sainendan adalah Latif Hendraningrat.

3. Fujinkai
Untuk para wanita dibentuk organisasi yang disebut FujinkaiFujinkaididirikan pada bulan Agustus 1943. Anggotanya terdiri dari para wanita yang berusia 15 tahun ke atas. Anak-anak gadis di organisasikan dalamFuji-Seinentai (Barisan gadis-gadis).

4. Seinentai dan Gakutotai
     Pengerahan massa dilakukan Jepang pada semua tingkat usia dalam masyarakat. Bahkan, boleh dikatakan tidak ada yang tertinggal. Para murid sekolah juga di organisasikan. Untuk anak-anak SD dibentukSeinentai dan untuk anak-anak sekolah lanjutan dibentuk Gakutotai.

5. Barisan Pelopor
      Untuk meningkatkan kesiapsiagaan rakyat Indonesia, pada tanggal 14 September 1944 dibentuk Barisan Pelopor, sebagai bagian dari JawaHokokai. Barisan Pelopor merupakan organisasi pemuda pertama di masa penjajahan Jepang yang dibimbing langsung oleh kaum nasionalis  Indonesia. Pimpinan organisasi dipegang oleh Sukarno dibantu R.P. Suroso, Otto Iskandardinata, dan Dr. Buntara Martoatmojo. Melalui berbagai pidato dari para pimpinan nasionalis, Barisan Pelopor barhasil mangobarkan semangat nasionalismedan rasa persaudaraan dikalangan rakyat. Mereka juga berlatih kesiapsiagaan mliter dengan alat kayu dan bambu runcing. Anggota Barisan Pelopor ini mencapai 60.000 orang.

6. Hizbullah
      Jepang merencanakan membentuk kekuatan cadangan dari para pemuda Islam. Rencana Jepang disambut baik oleh Masyumi sebagai organisasi islam waktu itu. Masyumi mengusulkan untuk membantu pasukan sukarelawanpara pemuda islam. Hal ini disetujui oleh Jepang. Oleh karena itu, pada tanggal 15 Desember 1944 dibentuk pasukan sukarelawan yang dinamakan Hizbullah (Tentara Allah).
Adapun tugas-tugas Hizbullah, antara lain
A. Membina diri jasmani dan rohani
B. Menggiatkan usaha untuk kepentingan perang
C. Membela agama dan umat Islam di Indonesia
    Pemimpin Hizbullah adalah K.H. Zainal Arifin. Wakilnya Moh. Roem. Hizbullah ternyata cepat berkembang. Untuk membina kader dan pimpinanan di daerah, pernah diadakan latihan khusus di Cisarua (Bogor).

A. Pembentukan Organisasi Militer 

       Ada dua Organisasi militer yang dibentuk di Indonesia, Yaitu Heiho dan Pembela Tanah Air (Peta).
1. Heiho
   Pada bulan April 1943, dibentuklah organisasi militer yang bertugas sebagai pembantu tentara Jepang.Organisasi militer ini dsebutHeiho.Sebagai Organisasi militer, Heiho langsung ditemptkan di dalam susunan organisasi tentara Jepang. Kegiatan Heiho, antara lain membangun kubu-kubu pertahanan dan maju ke medan perang untuk membantu tentara Jepang. Di antara mereka ada yang ikut berperang sampai di Papua, bahkan ada yang sampai Malaya dan Birma. AnggotaHeiho sampai akhir pendudukan Jepang mencapai 42.000 orang.

2. Peta (Pembela Tanah Air)
     Untuk memperkuat kedudukannya di Indonesia dari serangan musuh, Jepang juga membentuk barisan Pembela Tanah Air (Peta). Secara resmi, Peta didirikan pada tanggal 3 Oktober 1943. Banyak di antara pada pemuda Indonesia yang tertarik untuk memasuki Peta. Para anggota diberi latihan kemiliteran dibawah pengawasan tentara Jepang. Penanggung jawab dari latihan-latihan Peta adalah Yanagawa. Peta berkembang tidak hanya di Jawa, tetapi juga di luar Jawa. Di Jawa waktu itu memiliki anggota sekitar 37.000 orang dan Sumatera mencapai 20.000 orang. Di Sumatera, Peta dikenal dengan sebutan Giyugun (Prajurit Sukarela).

B. Pengerahan Romusha dan Penderitaan Rakyat
     Jepang juga mengerahkan tenaga rakyat untuk dijadikan pekerja rodi atau bekerja paksa. Mereka inilah yang dipaksa menjadi tenaga romusha. Mereka diperlakukan sebagai tenaga kasar dan melakukan pekerjaan berat. Misalnya, pada saat pembuatan pembuatan jalan, jembatan, pangkalan angkutan udara, membangun kubu-kubu pertahanan dan jalan kereta api. Mereka juga dikirim dan dipekerjakan di tanah-tanah perkebunan yang sulit medannya. Mereka bekerja tanpa diberi gaji dan makan. Mereka yang dianggap malas bekerja akan dihajar oleh Kenpeita ( Polisi militer jepang ). Akibatnya, banyak yang jatuh sakit , kelaparan dan mati tidak terurus.
     Pada waktu itu tanah Jawa yang padat penduduknya banyak tersedia tenaga kerja romusha. Banyak diantara mereka tidak kembali ke kampung halamannya. Kemungkinan mereka telah meninggal di perjalanan karena dianaiya. Melihat banyak romusha yang bernasib menyedihkan itu membuat para pemuda dari setiap daerah takut dan melarikan diri dari desanya. Banyak desa yang penduduknya hanya tinggal wanita dan anak-anak. Hal ini juga menjadi sebab makin merosotnya kegiatan pertanian di beberapa daerah. 
    Para romusha tidak hanya kekurangan makan, tetapi sulit juga untuk mendapatkan pakaian. Oleh karana itu, banyak rakyat yang memakai pakaian dari karung goni atau bagor. Bahkan, ada yang telanjang tidak memakai baju. Dapat dibayangkan betapa beratnya penderitaan yang  harus ditanggung rakyat akibat tindakan Jepang yang keras dan kejam. Inilah salah satu bukti penderitaan rakyat akibat kekejaman Jepang.

3. Cara-Cara Kooperasi
    Cara-cara kooperasi maksudnya adalah cara perjuangan dengan bersedia bekerja sama dengan pemerintah Jepang. Karena bersikap keras dan kejam, Jepang harus dihadapi dengan halus, tidak dengan kekerasan, tetapi sebaiknya dengan bekerja sama. Cara kooperasi, yaitu para pimpinan bangsa Indonesia ikut duduk didalam badan-badan yang dibentuk oleh Jepang. Ada beberapa organisasi yang dapat dimanfaatkan oleh para pemimpin perjuangan nasional untuk mencapai kemerdekaan Indonesia.

A. Gerakan Tiga A
    Organisasi yang mula-mula dibentuk adalah Gerakan Tiga A ini dibentuk pada bulan Maret 1942 dengan semboyan:
1) Nippon Cahaya Asia
2) Nippon Pelindung Asia
3) Nippon Pemimpin Asia
    Gerakan itu dipimpin oleh Mr. Samsuddin dan Shimizu. Tujuan Gerakan Tiga A adalah untuk menanamkan semangat membela Jepang. Jadi, dengan semboyan Jepang (Nippon) cahaya, pelindung,dan pemimpin Asia, diharapkan rakyat Indonesia mengakui bahwa jepang akan menjadi penerang, pelindung, dan pemimpin bangsa Asia, termasuk Indonesia.
   Di berbagai daerah dibentuk cabang-cabang Gerakan Tiga A. Bahkan, didalam gerakan Tiga A dibentuk seksi atau bagian agama Islam yang dipimpin oleh Abikusno Cokrosuyoso. Dengan adanya ini, Abikusno Cokrosuyoso mencoba memanfaatkan Gerakan Tiga A guna membina kesadaran orang-orang Indonesia. 

B. Pusat Tenaga Rakyat
      Pada tanggal 1 Maret 1943, dibentuklah organisasi baru yang disebut Pusat Tenaga Rakyat (Putera). Sebagai pimpinan Putera adalah Ir. Sukarno, Mohammad Hatta, Ki Hajar Dewantara, Kiai Haji Mansur. Keempat tokoh ini dikenal dengan Empat Serangkai.
  Tujuan Putera adalah untuk memusatkan segala kekuatan masyarakat untuk membantu Jepang dalam perang. Bagi para pemimpin Indonesia Putera juga bertujuan untuk memperbaiki segala sesuatu yang hancur akibat penjajahan Belanda. Oleh karena itu, Putera juga diberi tugas untuk memperbaiki keadaan sosial ekonomi rakyat.
    Ternyata Putera mendapat sambutan hangat dari masyarakat. Di berbagai daerah dibentuk cabang-cabangnya. Bahkan beberapa organisasi yang ada pada zaman Belandamelebur kedalam organisasi Putera, seperti Persatuan Guru Indonesia, Pengurus Besar Istri Indonesia,dan Barisan Benteng.
   Didalam Putera ini para pemimpin perjuangan nasional kita mulai membina semangat para anggota dan rakyat Indonesia kea rah cita-cita kemerdekaan. Di dalam Putera dibina kader-kader bangsa. Mental rakyatdigambleng untuk terus berjuang mencapai kemerdekaan. Perkembangan Putera menimbulkan kekhawatiran pihak Jepang sehingga tahun 1944 Putera dikabulkan.

C. Jawa Hokokai
    Jenderal Kumakichi Harada membentuk organisasi baru yang disebutJawa Hokokai. Berbeda dengan Putera, didalam organisasi Jawa Hokokaiini pimpinan langsung dipegang oleh Gunseikan (Pimpinan Panglima Perang di Jawa). Ir. Sukarno diangkat sebagai penasihat. Bidang kegiatan Jawa Hokokai adalah guru, kewanitaan dan kesenian. Tugas Jawa Hokokai adalah mengerahkan tenaga rakyat secara paksa untuk mengumpulkan padi, permata, besi tua, serta menanam jarak untuk kepentingan perang.
        Dari segi kepentingan Jepang, Jawa Hokokai telah menjalankan tugas pengerahan tenaga dan pengumpulan hasil bumi. Kalau dilihat dari segi kepentingan perjuangan bangsa Indonesia peran Jawa Hokokai agak terbatas.  Namun, bagaimanapun juga Ir. Sukarno yang duduk sebagai penasihat tetap berupaya membantu perjuangan rakyatnya. Apalagi setelah dibentuk Barisan Pelopor (bagian Jawa Hokokai), para pemimpin kita melalui pidato-pidatonya membakar semangat rakyat.

D. MIAI dan Masyumi
     Setelah Jepang berkuasa di Indonesia, semua partai politik yang pernah berkembang sebelumnya dilarang. Akan tetapi, MIAI (Majelis Islam A’la Indonesia) yang lahir pada tahun 1937 itu kemudian diizinkan berkembang. Hal itu bertujuan untuk memikat hati orang islam yang merupakan warga mayoritas di Indonesia. MIAI merupakan organisasi yang sangat penting waktu itu. Tujuan yang dikembangkan MIAI, antara lain sebagai berikut.
1) Membangun umat Islam yang mampu menciptakan perdamaian dan kesejahteraan rakyat.
2) Membantu Jepang dan bekerja untuk Asia Raya.

Program-program MIAI, antara lain :
1) Mendirikan Universitas Islam
2) Membentuk baitulmal
     MIAI berkembang pesat ke berbagai daerah. Dengan adanya baitulmal, MIAI menjadi makin kuat. Sikap politiknya sebagai organisasi perjuangan makin jelas. Tokoh umat Islam di MIAI mulai berani menanyakan nasib Indonesia dibawah pendudukan Jepang. Para pemimpin Islam dengan tegas menolak melakukan seikerei (membungkukan badan seperti orang Islam rukuk, tetapi untuk menghormati kaisar Jepang). Para pemimpin Islam juga menentang larangan penggunaan bahasa Arab karena tidak sesuai dengan harapan Jepang, pada tanggal 24 Oktober 1943, MIAI dibubarkan. Jepang kemudian mengizinkan berdirinya partai baru, yakniMasyumi (Majelis Syuro Muslimin Indonesia). Ketua Masyumi saat itu adalah Hasyim Asy’ari dan wakilnya adalah Kyai Haji Mas Mansyur dan Wachid Hasyi.
     Masyumi juga cepat berkembang. Di setiap karesidenan didirikan cabang Masyumi. Setelah tampilnya tokoh-tokoh muda, seperti Moh. Natsir dan Harsono Cokroaminato, Masyumi makin berani dan sifat politiknya juga makin nyata. Masyumi juga berkembang menjadi organisasi massa yang mendapat dukungan masyarakat. Masyumi juga telah berjuang untuk menolak perintah pengerahan tenaga romusha. Para pemimpin Islam telah membina anggotannya untuk mencintai tanah air Indonesia.

4. Gerakan Bawah Tanah
     Kelompok yang melakukan gerakan dan perjuangan secara rahasia atau “gerakan bawah tanah”, dipelopori terutama oleh para pemuda. Tokoh utamanya Sutan Syahrir, Amir Syarifuddin, Sukarni,dan Adam Malik. Kelompok ini bersikap radikal dan tidak mau bekerja sama atau duduk di badan-badan yang dibentuk Jepang.
     Berbeda dengan gerakan kooperasi, kelompok “gerakan bawah tanah” tidak bekerja sama dengan Jepang, tetapi berusaha bekerja sama dengan sekutu. Dengan cara itu maka akan dapat bersama-sama menghancurkan Jepang. Untuk itu, para anggota “gerakan bawah tanah” selalu mencari berita mengenai perkembangan perang di Asia Timur Raya.
  Sekalipun kedua kelompok itu berbeda cara melawan Jepang, namun antara kelompok kooperasi dengan kelompok “gerakan bawah tanah” selalu ada kerja sama. Sebagai contoh kesepakatan antara Moh. Hatta dan Sutan Syahrir. Mereka saling kontak dan tukar informasi mengenai perkembangan yang diketahuinya.

5. Perlawanan Bersenjata
      Perlawanan bersenjata ini disebabkan penderitaan rakyat yang makin parah. Rakyat sudah tidak tahan lagi terhadap tindak kekejaman Jepang yang diluar batas kemanusiaan. Oleh karena itu, timbul berbagai perlawanan di daerah dan juga perlawanan yang dilancarkan oleh anggota peta.

A . Perlawanan Rakyat Aceh
     Perlawanan rakyat Aceh terhadap Jepang berkobar pada tanggal 10 November 1942. Timbulnya perlawanan ini disebabkan rakyat Aceh menentang tindakan sewenang-wenang tentara Jepang. Rakyat dan para santri di Cot Plieng dapat dikumpulkan oleh seorang ulama bernama Tengku Abdul Jalil. Setelah gagal mengadakan perundingan damai maka subuh dini hari tanggal 10 November 1942, tentara Jepang menyerang Cot Plieng.
      Rakyat pun mengadakan perlawanan, beberapa kali serangan tentara Jepang dapat digagalkan. Namun, setelah meningkatkan kekuatannya tentara Jepang kembali melakukan serangan. Serangan  Jepang berhasil menghancurkan pertahanan rakyat Aceh, Abdul Jalil dan beberapa pengikutnya berhasil lolos. Jepang melakukan pengejaran dan berhasil menembak mati Abdul Jalil saat sedang salat.
   Perlawanan rakyat Aceh tidak berhenti sampai disitu, perlawanan muncul lagi dibawah pimpinan Abdul Hamid. Namun, dengan licik menyandera seluruh anggota keluarga Abdul Hamid. Jepang  mengancam akan memusnahkan seluruh keluarga Abdul Hamid jika perlawanan tidak dihentikan. Akhirnya, dengan sangat terpaksa Abdul Hamid menghentikan perlawanan.

B. Perlawanan di Singaparna (Tasikmalaya) Jawa Barat
    Masyarakat di Singaparna merupakan penganut islam yang fanatik. Mereka anti terhadap setiap bentuk penjajahan yang ternyatasangat menyengsarakan rakyat. Oleh karena itu, timbullah perlawanan terhadap Jepang di bawah pimpinan K.H. Zainal Mustafa. Kyai Haji Zainal Mustafa adalah seorang pendiri pondok pesantren Sukamanah (5 km dari distrik Singaparna) yang dikenal anti penjajahan.
   Pada tanggal 25 Februari 1944, para santri dan rakyat sukamanah melakukan perlawanan terhadap Jepang yang congkak dan kejam. Dengan meneriakkan takbir serta bersenjatakan bamboo dan pedang, rakyat melawan tentara Jepang. Dalam pertempuran ini, banyak rakyat yang tewas. Kyai Haji Zainal Mustafa ditangkap dan diangkut ke Jakarta. Pada tanggal 25 Oktober 1944, Zainal Mustafa dan semua pengikutnya yang tertangkap dihukum mati.          

C. Perlawanan di Indramayu 
      Perlawanan rakyat juga berkobar di  Indramayu. Hal itu terjadi karena rakyat sudah sangat menderita. Banyak kekayaan rakyat diisap oleh para tengkulak dan juga diperas oleh tentara Jepang. Sebab perlawanan adalah setiap panen para petani harus langsung menyerahkan hasilnya kepada Jepang dibalai desa. Rakyat ingin meminta bagian dari sebagian hasil penennya, tetapi dilarang. Oleh karena itu, pada bulan April 1944, meletus perlawanan di desa Kaplongan, distrik Karangampel. Berikutnya pada bulan Juli muncul perlawanan di Cidempet, Kecamatan Lohbener. Namun, semua perlawanan itu dapat diatasi oleh Jepang.

D. Perlawanan di Kalimantan
    Penindasan dan penderitaan juga dialami rakyat di Kalimantan. Di Kalimantan berkobar perlawanan terhadap Jepang yang di pimpin oleh Pang Suma (seorang pimpinan suku dayak). Dengan memanfaatkan kondisi alam yang sulit, rakyat melakukan gerilya. Hal itu cukup memusingkan Jepang. Untuk menghadapi perlawanan ini, Jepang menyebar mata-mata. Setiap orang atau kelompok yang sekiranya memusuhi Jepang segera ditangkapi dan tidak jarang yang dibunuh. Akibatnya, perlawanan makin surut.

E. Pemberontakan di Biak, Irian Barat
    Tidak ketinggalan rakyat Irian Barat juga angkat senjata melawan Jepang karena rakyat benar-benar diperlakukan tidak manusiawi. Mereka dijadikan budak dan dianiaya. Akhirnya, muncullah perlawanan yang dikenal sebagai Gerakan Koreri di daerah Biak dipimpin oleh Rumkoren. Senjata yang digunakan rakyat hanya tombak dan panah. Jepang bertindak sangat kejam, mereka yang tertangkap langsung dipancung kepalanya di depan umum. Rakyat tidak kenal menyerah. Dengan keadaan alam yang sulit, rakyat melakukan perang gerilya, Jepang kewalahan dan meninggalkan Biak.

F. Perlawanan Peta di Blitar
    Perlawanan terhadap kekejaman Jepang ternyata tidak hanya dating dari rakyat, tetapi juga dari anggota peta. Perlawanan Peta terjadi di Blitar pada tanggal 14 Februari 1945.
    Kelaparan, kemelaratan, dan penderitaan rakyat serta tindakan sewenang-wenang Jepang telah menyentuh hati para anggota Peta. Para anggota Peta tersentuh melihat bangsanya diinjak-injak oleh tentara Jepang. Oleh karena itu, Peta di Blitar ingin melancarkan perlawanan.
    Shodonco Supriyadi dan kawan-kawannya memulai perlawanan dengan melepaskan tembakan-tembakan. Setelah mengetahui Supriyadi melancarkan serangan. Jepang mengirim pasukan untuk menindaskan Kota Blitar segera diduduki dan dijaga dengan ketat. Jepang segera memerintahkan memerintahkan kepada anggota Peta untuk menyerah dan kembali ke kompi atau balion masing-masing. Ada beberapa anggota Peta yang memenuhi seruan tentara Jepang tersebut. Namun, mereka yang kembali justru dilucuti dan ditahan.
       Supriyadi meneruskan perlawanan, sayang pasukannya makin hari makin menipis. Banyak di antara pengikutnya  terbunuh atau tertangkap dan akhirnya, perlawanan Supriyadi dapat dipadamkan. Pimpinan dan para anggota Peta yang tertangkap diadli di depan Mahkamah Militer Jepang di Jakarta. Mereka diadili, antara lain Muradi, Ismail, Sudarno. Mereka dijatuhi hukuman mati dan hukuman seumur hidup. Hanya anehnya sampai sekarang nasib Supriyadi tidak jelas dan tidak diketahui.
    Perlawanan Peta di Blitar ternyata merupakan perlawanan paling besar semasa pendudukan Jepang. Perlawanan terhadap Jepang selain di daerah-daerah tersebut, juga terjadi di daerah lain seperti di Gumilir Cilacap yang dipimpin Khuseri.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar