Asal Usul Nama 'Jawa' Menurut Kesaksian Penjelajah Asing dan Catatan Sejarah
Sejak periode Indonesia Klasik (awal abad pertengahan), para penjelajah dan pedagang dari negeri lain sudah mulai banyak berdatangan ke Nusantara. Hal ini diketahui berdasarkan sejumlah catatan dalam jurnal perjalanan mereka tentang beberapa wilayah di Nusantara.Diantara tempat-tempat yang mereka kunjungi, tampaknya mereka lebih banyak menyinggung tentang pulau Jawa. Cukup masuk akal memang, mengingat pulau Jawa adalah pusat kerajaan-kerajaan besar di Nusantara.
Claudius Ptolemy
Referensi pihak ketiga
Claudius Ptolemy, seorang ahli geografi, astronom, sekaligus astrolog asal Mesir pernah menuliskan kesaksiannya pada sekitar abad ke-2 M tentang sebuah pulau di Nusantara yang kaya akan emas.
Orang-orang Hindu dikatakan sudah menguasai pulau yang juga disebut sebagai 'Jawa Dwipa'. Selain itu, dia menyebutkan bahwa di barat pulau tersebut terdapat Argue (kota perak).
Fa Hien
Referensi pihak ketiga
Fa Hien, pengembara asal Cina yang pernah terdampar di Nusantara pada tahun 413 M karena terserang badai mengaku bahwa dia sempat tinggal disebuah pulau yang penduduknya belum mengenal Budha. Fa Hien menyebut pulau itu Ye-P’o-ti. Diduga Ye-P’o-ti merupakan dialek Cina untuk Jawa Dwipa.
Gunawarman
Referensi pihak ketiga
Kemudian Gunawarman, Pangeran Kasmir yang juga sempat mengunjungi Nusantara pada tahun 420 M menyebut pulau yang disinggahinya sebagai Cho-p’o. Sebagian kalangan menafsirkannya sebagai pulau Jawa, tapi sebagian lain mengatakan Cho-p'o adalah sebutan untuk pulau Jawa sekaligus Sumatera.
Marco Polo
Referensi pihak ketiga
Kesaksian selanjutnya datang dari pedagang dan penjelajah legendaris asal Venesia, Marco Polo, dia menyebut pulau Jawa sebagai Giava. Marco Polo membedakan pulau Jawa menjadi dua, Jawa kecil (Sumatera) dan Jawa Besar (pulau Jawa).
Selain itu, dalam buku karangan Arjabhata tentang jurnal perjalanan tahun 234 M, pulau Jawa disebutnya dengan nama Jawa Koti. Arjabhata juga menceritakan tentang Kerajan Hindu di pulau Zabedj atau Jawa.
Adapun bangsa Arab menyebut Jawa sebagai Jaza’ir al-Jawi (kepulauan Jawa). Bahkan penamaan tersebut masih bisa ditemukan hingga sekarang, terutama kepada para jemaah haji asal Indonesia. Mereka sering disebut “orang Jawa” meskipun mereka berasal dari luar Jawa.
Lalu bagaimana dengan versi dalam negeri?
Pada tahun pertama kalender Jawa, Prabu Jayabaya yang dianggap keturunan Arjuna yang ke-5, diyakini telah mendarat di pulau Jawa dan menemukan sejenis tanaman padi yang menjadi makanan pokok orang-orang Noesa Kendeng. Nama Noesa Kendeng kemudian dirubah menjadi Noesa Jowo atau 'Nusa Jawa'.
Nama-nama tanaman atau buah-buahan memang sering dijadikan nama daerah pada zaman tersebut. Ini menjadi bukti kuat bahwa tanaman padi adalah asal usul penamaan pulau 'Jawa'.
Referensi pihak ketiga
Kesusastraan pustaka Tamil dan bahasa Sansekerta pun menyebut Pulau Jawa dengan Yavaka Dvipa atau Jawa Dwipa, yang berarti Pulau Jelai atau Pulau Padi.
Pulau Jawa sudah terkenal sejak lama akan budidaya tanaman padinya yang berkilauan seperti emas ketika tersorot sinar matahari, sehingga sesuai seperti apa yang dikatakan oleh Claudius yang juga menyebut Pulau Jawa sebagai pulau yang banyak mengandung emas.
Sumber:
Indonesian Heritage: Sejarah Modern Awal, Karsono H. Saputra (2002)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar